Rabu, 18 Mei 2011
    
    Share
 El    Clasico (bahasa Inggris: The Classic), juga dikenal sebagai El Derbi     Español atau El Classic adalah nama generik yang diberikan untuk setiap     pertandingan sepak bola antara FC Barcelona dan Real Madrid. Hal ini     ditentang setidaknya (dan biasanya) bi-setiap tahun sebagai bagian   dari   kompetisi La Liga Spanyol, dengan maksimum sembilan pertandingan   tahun,   dengan dua tambahan di Copa del Rey, Liga Champions, dan   Supercopa de   España, dengan lain mungkin dalam UEFA Super Cup. Selain   Final Liga   Champions, itu adalah klub yang paling mengikuti   pertandingan sepak bola   di dunia, disaksikan oleh ratusan juta orang.
 
 Persaingan   itu  muncul sebagai Madrid dan Barcelona adalah dua kota  terbesar di    Spanyol, dan dua klub adalah klub sepakbola paling berhasil  dan    berpengaruh di negeri ini. Real Madrid telah mengumpulkan 73 piala  dan    Barcelona 68, sementara Athletic Bilbao datang ketiga dengan 32   piala.   Mereka kadang-kadang diidentifikasi dengan lawan posisi  politik,   dengan  Real Madrid dan Barcelona mewakili nasionalisme dan  nasionalisme    Catalan Spanyol masing-masing.
 
 1. Lebih dari sekedar batas geografi
 Liverpool    vs Everton, Arsenal vs Spurs, dan AC Milan vs Intermilan  adalah    pertandingan-pertandingan derby panas dan sarat emosi. Fakta ini  tidak    bisa dipungkiri. Walaupun tradisi dan emosi dari rivalitas mereka     begitu luar biasa, namun secara fundamental, persaingan tersebut     hanyalah sebatas daerah geografis. Persaingan kedua tim hanyalah karena     mereka mempunyai markas yang berdekatan satu sama lain. Jadi demi     menjaga gengsi dan mengukuhkan siapa yang paling hebat dalam wilayah     yang sama, timbullah rivalitas. Namun, persaingan antara Barcelona dan     Real Madrid melebihi batas-batas wilayah. Rivalitas mereka abadi,   karena   yang ikut bersitegang adalah ibu kota dengan daerah yang hendak     merdeka.
 
 2. Catalunya vs Castille
 Barcelona    dan Madrid merupakan dua kota terbesar di Spanyol. Hal itu  saja    sebenarnya sudah cukup untuk membentuk suatu rivalitas. Namun,  mereka    juga adalah tuan rumah dari dua daerah yang sangat berbeda baik  secara    kultur dan emosi. Dua kota tersebut juga menghasilkan dua  âmahzabâ    intelektual yang berbeda, dan tentu saja, berseberangan satu  sama  lain.   Barcelona adalah Catalan, Madrid adalah Castillian.  Orang-orang    Catalan adalah masyarakat yang bebas, sedangkan Castille  lebih  seperti   Keraton-nya Spanyol dan pusat pemerintahan. Perseteruan   memuncak  ketika  Jenderal Franco, orang Madrid, yang beraliran fasisme,   ingin   âmembasmiâ daerah Catalan. Jadi, ketika El Clásico digelar dan     dimenangi Barcelona, ini merupakan kemenangan seluruh rakyat  Catalunya    dalam membebaskan diri dari tirani pusat. Jika yang menang  adalah Real    Madrid, berarti ini adalah kemenangan pemerintah dalam  upaya  menegaskan   kekuasaannya.
 
 3. âEveryone picks a sideâ
 Pernyataan    di atas adalah perseteruan ideologi, sosial, dan politik  antara    kebudayaan daerah yang ingin merdeka dengan pemerintah pusat yang  kuat,    dan tidak hanya melibatkan FC Barcelona dan Real Madrid, atau     Catalunya dan Castille, tetapi juga seluruh masyarakat Spanyol. Ketika     duel El Clásico berlangsung, dapat dipastikan, seluruh orang di  Spanyol    akan terbagi dua. El Clásico mempunyai fungsi yang âunikâ  yaitu  sebagai   âpembatas transparanâ antara dua daerah dalam satu  negara.  Suporter  dari  klub lain, siapa pun mereka, akan memilih salah  satu di  antara   Barcelona dan Real Madrid, berdasarkan kepentingan  dan ideologi    masing-masing, everyone (should) picks a side.
 
 4. Merupakan anggota dari Liga Terbaik di dunia
 Apapun    konteks-konteks budaya yang terdapat pada duel El Clásico, tidak  akan    ada orang luar yang peduli pada pertandingan tersebut ia jika    terdapat  pada, misalnya, Liga Domestik Siprus. Tapi ini tidak. Duel    tersebut  berasal dari La Liga Primera, yang merupakan liga terbaik di    dunia  berdasarkan penilaian FIFA (dalam diskusi debate panjang  lainnya,    liga-liga lain mungkin saja muncul sebagai liga yang lebih  baik,  namun   setidaknya La Liga adalah salah satu liga sepakbola  terbaik di  dunia),   jadi seluruh perhatian insan sepakbola pasti  tertuju ke sana.
 
 5. Menampilkan dua klub terbaik dari La Liga
 Tidak    hanya gengsi, namun dominasi kedua tim di La Liga merupakan  jaminan    panasnya pertandingan ini. Karena kedua tim biasanya berada di  pucuk    klasemen, maka hasil dari El Clásico menjadi sangat menentukan  siapa    yang akan merajai liga pada akhir musim. AC Milan vs Intermilan  mengkin    adalah derby perseteruan dua klub papan atas Serie A, tetapi di  sana    juga terdapat Juventus dan AS Roma untuk disaingi. Sehingga,     kadang-kadang, tifosi merasa pertandingan AC Milan vs Juventus atau     Intermilan vs AS Roma menjadi sama krusialnya. Dan hal ini menjadikan     signifikasi partai derby kota Milan agak berkurang. Lain halnya dengan     Barcelona vs Real Madrid yang begitu menentukan. La Liga memang   bukanlah   pacuan dua âkudaâ saja, tetapi selalu ada dua kuda berwarna   âmerah   biruâ dan âputih-putihâ yang ikut serta. Dua kuda ini juga   belum pernah   terdegradasi ke divisi bawah (dan sepertinya tidak akan   pernah, baik  itu  karena kualitas maupun lobi politik mereka yang kuat   di Spanyol).
 
 6. Dan pemain-pemain terbaik di dunia
 Karena    Barcelona dan Real Madrid merupakan dua di antara klub-klub  terkaya   di  dunia, mereka selalu dihuni oleh pemain-pemain terbaik pula.    Misalnya,  ketika Lionel Messi cedera, di bangku cadangan sudah ada    Henry, Deco,  atau Ronaldinho. Kita juga masih ingat Madrid pernah   dihuni  pemain  sekelas Zidane, Ronaldo, Raúl, Figo, Beckham, dan   Roberto Carlos  yang  bermain bersamaan. Ketika El Clásico berlangsung,   kita seperti  melihat  uang ratusan jutaan dollar sedang âberlari-lariâ   di atas  lapangan.
 
 7. Juga beberapa talenta lokal
 Di    samping belanja pemain-pemain kelas dunia tersebut, kedua tim juga     dipenuhi oleh talenta-talenta lokal binaan kubu masing-masing. El Barça     punya Valdés, Puyol, Xavi, Iniesta, dan Bojan yang merupakan     produk-produk dari akademi sepakbolanya, sedangkan Messi dan Giovanni     adalah anak-anak muda yang bersekolah di Barcelona sejak kecil.     Sedangkan Los Blancos punya Casillas, maskot tim Raúl, dan Guti yang     merupakan didikan akademi Madrid. Dan hebatnya, pemain-pemain ini adalah     anggota timnas Spanyol. âRasaâ lokal ini menjamin bahwa tak seorang    pun  di lapangan yang akan melupakan aspek-aspek budaya yang     melatarbelakangi El Clásico. Arsenal mungkin diisi pemain-pemain muda     bertalenta, namun nyaris tidak ada pemain asli Inggris di sana.     Manchester United sekarang hanya tinggal menyisakan pemain tua seperti     Giggs dan Scholes sebagai binaan asli mereka. Itulah bedanya dengan El     Clásico.
 
 8. Sejarah transfer yang âkontroversialâ antara kedua tim.
 Sebagai    dua klub terkuat dan terkaya di Spanyol, tak dapat dihindari,     Barcelona dan Real Madrid akan berebut mendapatkan tanda tangan pemain     top. Salah satu dari kasus tersebut adalah ketika kedua klub berniat     mengontrak pemain River Plate, Alfredo Di Stefano pada tahun 1953.     Transfer tersebut sangat kontroversial dan merupakan salah satu pemicu     âkerasnyaâ El Clásico. Sebuah kontrak janggal dilakukan ketika Di     Stefano menandatangani proposal kedua klub sekaligus. Ia akan bermain     dua musim untuk Real Madrid (yang menghubungi lebih awal) dan dua musim     untuk Barcelona.
 
 Namun,   setelah melihat debut pertamanya di  Real, El Barça setuju untuk    melepaskan Di Stefano secara permanen. Hal  ini masih menjadi   perdebatan:  Pertama, bahwa Barcelona melihat  penampilan Di Stefano   yang kurang  menjanjikan dalam debutnya. Kedua,  ada indikasi bahwa   Barcelona ditekan  oleh diktator Jenderal Franco yang  pro-Madrid, yang   mengancam akan  memberlakukan larangan untuk pemain  asing bermain di  La  Liga.
 
 Tren   ini pun terus berlanjut; kedua tim  terus bersitegang untuk    mendapatkan pemain-pemain top (seperti yang  mereka lakukan pada David    Beckham tahun 2003). Namun tidak ada yang  lebih âmenyakitkanâ selain    ketika salah satu pemain dari tim ini  hengkang ke tim lainnya, seperti    yang terjadi pada Luis Enrique, yang  pindah dari Madrid ke  Barcelona,   atau kasus Luis Figo pada tahun 2000,  yang hijrah dari  Azulgrana ke  Los  Merengues dan memecahkan rekor  transfer (sebelum  Zidane) sebesar  65 juta  Euro. Dan ketika kembali ke  stadion mantan  klubnya, cemoohan,  teriakan,  bahkan lemparan kepala babi  harus mereka  terima. Semuanya  karena  atmosfir ânerakaâ El Clásico.
 
 9. Ukuran stadion 
 Santiago Bernabéu stadium 
  
 Camp Nou Stadium 
 Nama    besar kedua klub ternyata juga didukung oleh besarnya stadion yang     mereka miliki. Baik Camp Nou maupun Santiago Bernabéu merupakan stadion     elit dan raksasa sehingga menjanjikan atmosfer yang luar biasa. Camp    Nou  bahkan merupakan stadion berkapasitas terbesar di Eropa, yaitu    sanggup  menampung 98.772 kursi. Sebelum direnovasi, stadion ini malah    pernah  terisi 200 ribu penonton dalam salah satu El Clásico. Sedangkan    Santiago  Bernabéu mampu menampung 80.400 Madridistas dan dinobatkan    sebagai  salah satu stadion berfasilitas terbaik di dunia.
 
 10. Menghasilkan tontonan sepakbola yang berkualitas
 Jika    yang terjadi di lapangan adalah sebuah tontonan yang mengecewakan,     semua poin di atas tidak ada artinya. Dan tanah Spanyol akan menjadi     tempat yang menyedihkan jika semua orang menunggu-nunggu partai yang     diadakan sekali dua tahun ini, hanya untuk menyaksikan pertandingan yang     menyisakan buruk dan membosankan. Tapi tidak. Pertandingan El   Clásico,   secara tradisi, selalu mempertontonkan sepakbola berkualitas,    menyerang,  atraktif, penuh skill, dan aroma âmembunuhâ yang dahsyat.    Skor-skor  menakjubkan, seperti 3-3, musim lalu di Camp Nou adalah    contoh betapa  alotnya pertandingan ini.
 
 Fakta - Fakta Lain
- El Clasico di Spanyol untuk pertama kalinya dilangsungkan pada 17 Februari 1902.
 - El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona tidak hanya terjadi di lapangan, tapi juga dalam bursa transfer. Kasus yang paling terkenal adalah perebutan Alfredo Di Stefano di tahun 50-an. Kedua tim sama-sama mengklaim telah mendaftarkan pemain legendaris Argentina itu sebagai pemain dan membayar transfer ke River Plate. FIFA akhirnya mengintervensi dan meminta kedua tim saling berbagi jatah musim untuk Di Stefano. Namun Barcelona memilih mundur dan Real Madrid membayar kompensasi kepada rival utamanya itu.
 - Real Madrid dan Barcelona juga saling bersaing dalam hal jumlah suporter. Hasil riset terakhir Mei 2007, 32.8 persen fans sepakbola di Spanyol lebih berpihak pada Real Madrid, sementara 25.7 persen berkubu Barcelona.
 - Di kompetisi domestik La Liga Spanyol, El Clasico dinihari nanti di Santiago Bernabeu menjadi edisi ke-160.
 - Raul Gonzalez menjadi pemain yang paling sering mencetak gol di El Clasico. Total, dia sudah melesakkan 11 gol.
 - Total ada 24 pemain yang saling bertukar klub dalam satu sesi transfer, baik itu dari Barcelona ke Real Madrid, atau Real Madrid ke Barcelona. Proses transfer yang paling menyita perhatian adalah Luis Enrique (Madrid ke Barca di tahu 1996) dan Luis Figo (Barca ke Madrid di tahun 2000).
 
sumber
 
0 komentar:
Posting Komentar