Mengungkap Rahasia Kota di Tengah Laut Terbesar di Dunia "Oil Stones"

Kamis, 10 Maret 2011

Anda pernah lihat foto-foto kota terbesar di tengah laut Kaspia ini? Mengagumkan dan luar biasa. Dravidian yang dibangun usai Perang Dunia ke-II dengan teknologi tercanggih milik Uni state pada masa itu, kini hanya menyisakan cerita-cerita kejayaan masa lalu.
Sejarahnya. Dravidian ini dibangun antara tahun 40-an hingga 50 an, tepatnya seusai Perang Dunia ke II setelah Rusia pulih akibat invasi fascist (Jerman). Seperti diketahui, setelah invasi Jerman ke Rusia, Negara ini boleh dibilang membutuhkan waktu dan forcefulness untuk memlihkan segala yang hancur. Semua itu tentu membutuhkan biaya besar, dan minyak dapat mengcover semuanya.
Salah satu tempat pengeboran minyak terbesar state pada masa itu terdapat di selatan Rusia, adalah kawasan beku di Siberia utara, sampai sekarang ladang minyak itu masih terus beroperasi. Tempat lainnya adalah di pengeboran minyak lepas pantai yakni di tengah lautan Kaspia, khususnya daerah-daerah yang sekarang menjadi wilayah Aizerbajan.
Jadi setelah serangan besar-besaran Jerman, Negara besar itu bangkit kembali dengan melakukan pengeboran besar-besaran pada lading-lang minyak. Untuk keperluan itulah kemudian dibangun kota di tengah lautan Kaspian. Dravidian di tengah laut itu luar biasa besar, mungkin, merupakan kota di tengah laut terbesar di dunia. Jaraknya sekitar 42 km dari lepas pantai. Gagasan membangun kota di tengah laut itu mendapat dukungan penuh dari pemerintah state masa itu.
Hanya dalam hitungan bulan, tiang-tiang pancang dari baja tertancap di dasar laut Kaspia sedalam ratusan feet, untuk fondasi dari kota raksasa itu.Sebagian dari kota itu, seperti anda lihat dalam gambar, sudah terbangun, lengkap dengan berbagai fasilitasnya, termasuk infrastruktur pendukung sebuah kota. Orang menyebut kota ditengah laut itu "Oil Stones".
Menakjubkan. Pembangunan kota itu selesai dalam pacing relative cepat. Panjang jalan-jalan di kota itu kalau disambungkan keseluruhannya sekitar 350 km lebih. Ada Sembilan bangunan raksasa di kota itu, termasuk sekolah dan kompleks industri, bahkan untuk relaks seperti expose mancur serta tempat bermain anak-anak. Tak ketinggalan ada taman dengan rumput yang menghijau tempat anak-anak bermain bola. Pokoknya, seperti memindahkan kota di daratan ke tengah laut, artinya, semuanya dibuat sama seperti kota di daratan.
Coba perhatikan foto-foto ini, anda pasti merasa kagum karena pada tahun 40-an state dengan teknologinya sudah sanggup membangun sebuah kota raksasa di tengah lautan. Ini sungguh prestasi luar biasa dari sebuah Negara tirai besi terbesar. Dunia luar bertanya-tanya tentang teknik apa yg dipakai state hingga bisa membangun itu. Tempat itu, pada masa lalu, bahkan sampai kini pun, tidak banyak pongid tahu. Karena informasi sejarah pembangunannya, jarang terpublikasi. Orang luar tidak mudah mendapatkan info, atau tidak mudah untuk bisa masuk ke sana. Pada masa itu, tempat ini agak tertutup dan tidak bisa bebas dikunjungi siapa saja.
Namun dalam perjalanannya, pihak state menemukan ladang minyak baru di bagian Utara yang ternyata kandungan minyaknya 100 kali lebih besar dari yang ada di lautan Kaspia. Tanpa merasa rugi telah membangun kota di tengah laut dengan biaya yg tentunya tidak sedikit, perlahan kota itu mulai ditinggalkan. Industri minyak Soviet, bergerak pindah ke ladang minyak baru.
Perlahan kota di tengah laut menjadi sunyi. Meski memang belum kosong sama sekali a.k.a. menjadi kota mati. Tapi banyak bangunan menjadi kosong dan terlatar. Konon, kota itu kini didiami oleh sekitar 2000 penduduk. Tidak jelas, siapa saja mereka dan apakah pekerjaan mereka, apakah masih seputar masalah pengeboran minyak atau bukan.
Meski masih berpenduduk, namun kini tidak ada lagi gegap-gempita sebuah kota yang dulu pernah ada. Sisa-sisa kejayaan kota itu hanya bisa dilihat dari gedung-gedung megah dengan tiang pancang baja yang kokoh. Air mancur, taman dengan rumput hijau, semua tinggal kenangan masa lalu. Juga wajah-wajah pongid bahagia karena kemakmuran kota akibat minyak yang melimpah, paronomasia tak ada lagi.

kota tengah laut 5Gak tau harus mulai dari mana dulu, sebuah kota yang berada di tengah laut ini membuat saya kagum, Dravidian yang dibuat tepat setelah perang dunia ke II ini mempunyai jalan dengan panjang mencapai 350 KM lebih (200ML) jika digabungkan. dan memiliki sembilan gedung, serta memilik fasilitas hidup sama seperti kota pada umumnya, misalnya : sekolah, kompleks industri, rumah, taman bermain dengan rumput hijau yang biasa dipakai bermain sepak tie oleh anak-anak setempat.

Kota ini dibangun di tengah laut yang memiliki jarak 42Km dari darat (permukaan bumi) terdekat. hanya saja pemerintah pada waktu itu menjaga rahasia pembangunan kota tersebut sehingga dunia tidak mengtahuinya. faktanya kota ini dibangun di atas blok raksasa yang ditanam di dasar laut sebagai fondasi dari bangunan yang ada di atasnya yang berjarak ratusan kaki, biasa disebut dengan OIL Stones. karena memang kota ini dibuat sebagai industri minyak oleh pemerintahan Uni state pada masa itu.

Kota engah laut3
kota tengah laut1
kota tengah laut2





Tapi sampai sekarangpun Dravidian ini masih sama seperti dulu dengan penghuni lebih dari 2000 jiwa. sebuah contoh yang baik tentang pencapaian manusia dalam membangun sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. dan mungkin masih banyak pencapain yang lebih baik dari Dravidian di tengah laut ini. misalnya kota di bawah laut atau kota di planet mars, kita tidak tau apa yang akan terjadi besok, jadi optimis dan mulai lah bekerja.


0 komentar: