Selasa, 15 Maret 2011
 Isu WikiLeaks, Dubes AS Temui Menlu RI
 VIVAnews - Duta Besar Amerika Serikat (AS), Scot Marciel, pagi ini  menemui Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Jakarta. Pertemuan ini  salah satunya membahas informasi kontroversial yang dibocorkan WikiLeaks  mengenai tuduhan korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan Presiden Susilo  Bambang Yudhoyono dan pejabat-pejabat tinggi lainnya. 
 
 
 "Pagi ini Duta Besar menuju Kementerian Luar Negeri untuk bertemu  Menteri Marty Natalegawa," kata juru bicara Kedutaan Besar AS di  Jakarta, Paul Belmont. "Selain membahas isu WikiLeaks, pertemuan itu  juga akan menyinggung isu-isu bilateral," lanjut Belmont saat dihubungi  VIVAnews, Jumat 11 Maret 2011. 
 
 Dia menyatakan bahwa pertemuan ini atas undangan Kemenetrian Luar Negeri  Indonesia. Belmont juga mengungkapkan bahwa Kedubes AS tengah  menyiapkan tanggapan atas kabar kontroversial itu. 
 
 Laman pembocor spesialis rahasia diplomatik, WikiLeaks, kembali  menampilkan informasi yang menyinggung Indonesia. Kali ini, informasi  itu menyinggung  Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terlibat dalam  praktik korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, sehingga merusak  reputasinya sebagai tokoh yang bersih dan reformis. 
 
 Bocoran WikiLeaks itu diklaim suatu surat kabar Australia, The Age.  Dalam edisi Jumat, 11 Maret 2011, koran itu menampilkan judul yang besar  pada halam depan, "Yudhoyono 'Abused Power': Cables accuse Indonesian  President of corruption." Berita serupa juga dimuat harian Sydney  Morning Herald. 
 
 Sejumlah pejabat dan mantan pejabat Indonesia pun turut disinggung, di  antaranya mantan Wapres Jusuf Kalla, Ketua MPR Taufiq Kiemas, hingga Ibu  Negara Ani Yudhoyono. Kedubes AS pun menyebut penasihat presiden, TB  Silalahi, sebagai salah satu informan berharga. 
 
 Kabar ini telah mengundang reaksi pemerintah Indonesia. Menteri  Koordinator bidang Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto, mengungkapkan  Menlu Natalegawa akan memanggil Dubes AS untuk membahas masalah  WikiLeaks. 
 
 Sebelumnya, dalam suatu jumpa pers di Jakarta Desember tahun lalu,  Marciel merasa yakin bahwa isu Wikileaks tidak akan mengganggu hubungan  antara AS dan Indonesia, walau dia menilai sepak terjang WikiLeaks dalam  membocorkan rahasia diplomatik pemerintah AS tidak dapat dibenarkan. 
 
 Dia juga yakin, ribuan informasi yang dikirim Kedubes AS di Jakarta,  bila dibocorkan WikiLeaks, dipastikan tidak kontroversial. (umi)
 http://dunia.vivanews.com/news/read/...temui-menlu-ri              
 Quote:Istana: "The Age" Sensasi, Seronok, Basi
 JAKARTA, KOMPAS.com â" Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dikatakan tidak  gembira atas pemberitaan utama harian nasional Australia, The Age, yang  bertajuk "Yudhoyono Abused Power". Pihak Istana Kepresidenan RI menilai  pemberitaan tersebut palsu dan penuh kebohongan.
 
 Isinya penuh sensasi dan seronok, penuh bualan, dan basi. 
 
 
 "Berita itu sangat tidak bertanggung jawab dan sangat tidak hormat.  Isinya penuh sensasi dan seronok, penuh bualan, dan basi," ucap Staf  Khusus Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparringa kepada para  wartawan, Jumat (11/3/2011).
 
 Daniel mengatakan, pihak Istana Kepresidenan sedang melakukan semua  langkah untuk meluruskan kembali semua fakta yang dijungkirbalikkan oleh  berita itu. "Publik punya hak untuk mendapat berita, bukan kisah seribu  satu malam," ucapnya.
 
 Menurut Daniel, Pemerintah Indonesia sangat menyesalkan kecerobohan  pemberitaan The Age dan menganggapnya sebagai skandal pemberitaan yang  memalukan karena memuat berita dengan sumber yang tidak bisa divalidasi.
 
 "The Age berlindung di balik sifat kerahasiaan yang sesungguhnya  kontroversial. Kami prihatin, tetapi juga gusar oleh sikap The Age yang  bertentangan dengan kode etik jurnalistik universal," katanya.
 
 Hari Jumat ini, The Age memberitakan kutipan WikiLeaks bahwa Presiden  Yudhoyono secara pribadi telah campur tangan untuk memengaruhi jaksa dan  hakim demi melindungi tokoh-tokoh politik korup dan menekan  musuh-musuhnya. Presiden juga menggunakan badan intelijen negara demi  memata-matai saingan politik dan, setidaknya, seorang menteri senior  dalam pemerintahannya sendiri.
 
 Dalam kawat-kawat itu juga dirinci bagaimana mantan Wakil Presiden Jusuf  Kalla pada Desember 2004 dilaporkan telah membayar jutaan dollar AS,  sebagai uang suap, agar bisa memegang kendali atas Partai Golkar. Dalam  kawat-kawat itu juga diungkapkan bahwa istri Presiden, Kristiani  Herawati, dan keluarga dekatnya ingin memperkaya diri melalui koneksi  politik mereka.
 http://nasional.kompas.com/read/2011...i.Seronok.Basi 
 
0 komentar:
Posting Komentar