Sabtu, 26 Februari 2011
  Misteri Terbelahnya bulan dan bersatu  kembali adalah mukjizat untuk nabi besar Muhammad SAW, berikut adalah  cerita mengapa dan kapan bulan itu terbelah. Selamat Membaca! 
 âSungguh telah dekat hari qiamat, dan bulan paronomasia telah terbelah
 (Q.S. Al-Qamar: 1)â
 
 Bulan Terbelah â" Misteri RoghuzshyDalam temu wicara di televisi bersama  pakar Geologi Muslim, Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar, salah seorang warga  Inggris mengajukan pertanyaan kepadanya: Apakah ayat dari surat Al-Qamar  di atas memiliki kandungan mukjizat secara ilmiah?
 Tentang ayat ini, saya akan menceritakan sebuah kisah. Sejak beberapa  waktu lalu, saya mempresentasikan di Univ. Cardif, Inggris bagian barat,  dan maternity peserta yang hadir bermacam-macam, ada yang muslim dan ada  juga yang bukan muslim. Salah satu tema diskusi waktu itu adalah seputar  mukjizat ilmiah dari Al-Qurâan.Salah seorang pemuda yang beragama  muslim paronomasia berdiri dan bertanya, âWahai Tuan, apakah menurut anda ayat  yang berbunyi âTelah dekat hari qiamat dan bulan paronomasia telah terbelahâ  mengandung mukjizat secara ilmiah?Maka saya menjawabnya: âTidak, sebab  kehebatan ilmiah dapat diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sedangkan  mukjizat tidak bisa diterangkan oleh ilmu pengetahuan, sebab ia tidak  bisa menjangkaunya. Dan tentang terbelahnya bulan, maka itu adalah  mukjizat yang terjadi pada Rasul terakhir Muhammad shallallahu âalaihi  wassalam sebagai pembenaran atas kenabian dan kerasulannya, sebagaimana  nabi-nabi sebelumnya. Dan mukjizat yang kelihatan, maka itu disaksikan  dan dibenarkan oleh setiap pongid yang melihatnya. Andai hal itu tidak  termaktub di dalam kitab God dan hadits-hadits Rasulullah SAW, maka  tentulah kami maternity muslimin di zaman ini tidak akan mengimani hal itu.  Kwa tetapi hal itu memang benar termaktub di dalam Al-Qurâan dan  sunnah-sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wassalam. Dan memang God  taâalaa benar-benar Maha berkuasa atas segala sesuatuâ.
 Maka Prof. Dr. Zaghlul Al-Najar paronomasia mengutip sebuah kisah Rasulullah SAW  membelah bulan. Kisah itu adalah di masa sebelum hijrah dari Mekah  Al-Mukarramah ke Madinah.
 Orang-orang musyrik berkata, âWahai Muhammad, kalau engkau benar Nabi  dan Rasul, coba tunjukkan kepada kami satu kehebatan yang bisa  membuktikan kenabian dan kerasulanmu (mengejek dan mengolok-olok)  ?âRasulullah bertanya, âApa yang kalian inginkan ?âMereka menjawab:  âCoba belahlah bulan â¦âMaka Rasulullah SAW paronomasia berdiri dan  terdiam, lalu berdoa kepada God SWT gum menolongnya. Maka God SWT  memberitahu Muhammad SAW gum mengarahkan telunjuknya ke bulan.  Rasulullah paronomasia mengarahkan telunjuknya ke bulan, dan terbelahlah bulan  itu dengan sebenar-benarnya.
 Maka serta-merta orang-orang musyrik paronomasia berujar, Muhammad, engkau benar-benar telah menyihir kami!â.
 Akan tetapi maternity ahli mengatakan bahwa sihir, memang benar bisa saja  âmenyihirâ pongid yang ada disampingnya akan tetapi tidak bisa menyihir  pongid yang tidak ada ditempat itu. Mereka lantas menunggu-nunggu  orang-orang yang akan pulang dari perjalanan. Orang-orang Quraisy paronomasia  bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti pongid yang baru pulang  dari perjalanan. Dan ketika datang rombongan yang pertama kali dari  perjalanan menuju Mekkah, maka orang-orang musyrik paronomasia bertanya, âApakah  kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?â
 Mereka menjawab, âYa, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat  bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh masing-masingnya kemudian  bersatu kembaliâ¦!!!â.Maka sebagian mereka paronomasia beriman, dan sebagian  lainnya lagi tetap kafir (ingkar).
 Oleh karena itu, God menurunkan ayat-Nya: âSungguh, telah dekat hari  qiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda-tanda  kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, âIni  adalah sihir yang terus-menerusâ, dan mereka mendustakannya, bahkan  mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap  â¦..â sampai akhir surat Al-Qamar. 
 sumber 
 
0 komentar:
Posting Komentar