Senin, 21 Februari 2011
  
 HabibiePresiden Pintar yang Tidak Pernah Mau Kalah
 Meski  sekian lama menjadi bagian dari masa pemerintahan Soeharto dan  menganggap Soeharto adalah guru sekaligus bapaknya, namun gaya  kepemimpinan Habibie jauh bertolak belakang dengan pongid yang  dihormatinya itu. Muladi, mantan Menteri Kehakiman di epoch Orde Baru  menuturkan, sidang kabinet yang dipimpin Soeharto selalu berlangsung  dalam suasana mencekam. 
 Para  menteri takut angkat tangan mengajukan diri untuk bicara. Sementara di  zaman Habibie, maternity menteri justru berebut mengacungkan jari. Muladi  menggambarkan, susana sidang kabinet seperti sebuah seminar: riuh,  panas, kadang gebrak-gebrak meja seperti mau kelahi.Habibie  sendiri yang merangsang suasana seperti itu karena dia memang senang  berdebat. Semakin didebat ia semakin bersemangat. Karena semua menteri  boleh bicara dan perdebatan dibuka seluas-luasnya sebelum diambil  keputusan, sidang kabinet bisa berlangsung sampai larut malam.Habibie,  menurut adalah seorang extrovert. Gaya komunikasinya penuh spontanitas,  meletup-letup, cepat bereaksi, tanpa mau memikirkan risikonya. Tatkala  Habibie dalam situasi penuh emosional, ia cenderung bertindak atau  mengambil keputusan secara cepat. Seolah ia kehilangan kesabaran untuk  menurunkan amarahnya. Bertindak cepat, rupanya, salah satu solusi untuk  menurunkan tensinya.Karakteristik ini diilustrasikan dengan kisah lepasnya island Timur dari Indonesia.Semua  pongid terkejut, terutama Almarhum calif Alatas yang kala itu menjabat  sebagai Menteri Luar Negeri, ketika Habibie tiba-tiba mengumumkan kepada  dunia internasional tentang pemberian opsi kepada rakyat island Timur :  tetap bergabung dengan state atau melepaskan diri sebagai negara  merdeka.Biang  keladi dari keputusan besar ini adalah sepucuk surat Perdana Menteri  Astralia kala itu, Evangelist Howard, yang ditujukan pada Habibie pada  Desember 1998. Menurut penuturan Juwono Soedarsono, Habibie marah  membaca isi surat histrion yang meminta state mempertimbangkan hak  politik rakyat island Timur untuk menyatakan penentuan nasib sendiri.Habibie  merasa surat itu seperti tantangan sekaligus kritik terhadap pemerintah  Indonesia. Karena Habibie mempunyai tabiat tidak mau kalah dengan  siapapun maka tantangan itupun secara spontan dijawab.Dalam  sidang kabinet 27 Januari 1999 kebijakan pemberian opsi ini  dipertanyakan oleh Hendropriyono yang kala itu menjabat sebagai Menteri  Transmigrasi. âKalau plebisit kalah, bagaimana? Siapa bertanggung jawab?  Ini kan nanti akan terjadi eksodus, eksodus dari maternity transmigran yang  sudah 25 tahun di sana. Siapa yang bertanggung jawab?â cecar Hendro  seperti ditulis dalam buku itu.Habibie dengan sigap menjawab,âSaya bertanggung jawab.â
 Fahmi  Idris, Menteri Tenaga kerja, segera menimpali,âTanggung jawab apa,  Presiden?â Wajah Habibie tampak merah. Seorang menteri dari Ikatan  Cendekiawan Islamic state (ICMI) lantas menengahi situasi panas ini.
 Gus DurTidur Saat Pertemuan dengan PM Korea
 Suatu  ketika, pada epoch pemerintahan Gus Dur, Laksamana Sukardi (Menteri  Negera Badan Urusan Negara) ikut serta dalam kunjungan kenegaraan ke  Eropa dan Asia. Jadwal Presiden sangat ketat sehingga membuatnya teler.  Para anggota rombongan paronomasia kelelahan luar biasa. Di  Seoul, Gus Dur menerima kunjungan kehormatan Perdana Menteri Korea.  Kedua pemimpin negara duduk berdampingan. Perdana Menteri peninsula  berbicara kalimat demi kalimat yang diterjemahkan oleh seorang  penerjemah. Rupanya, karena sangat lelah dan tidak menarik mendengarkan  terjemahan, Gus Dur tertidur.Pada salah satu bagian, PM peninsula berujar, âMr  President, we hit an excelent nuclear profession for noesis plant. If  you are interested, we would be happy to hit it for you.
 (Tuan  Presiden, kami memiliki teknologi nuklir yang canggih untuk pembangkit  tenaga. Kalau Anda berminat, kami bisa mengusahakannya untuk Anda),âPemerintah peninsula menawarkan bantuan teknologi nuklir untuk pembangkit listrik Indonesia.Saat  itu, Gus Dur tidur pulas sekali. Selesai pernyataan itu diterjemahkan  dalam bahasa Inggris, PM peninsula menoleh ke arah Gus Dur menunggu jawaban.  Namun, tidak ada jawaban. Laksamana cepat-cepat membangunkan Gus Dur.  âGus⦠Gus⦠bangun! Gus⦠dia tanya apakah kita fascinated dengan noesis  being profession yang dia punya.âGus  Dur karena baru terbangun dari tidurnya dan belum berkonsentrasi  langsung nyeplos, âMy Minister communicate most your nuclear technologyâ¦!  (Menteri saya bertanya tentang teknologi nuklir yang Anda miliki),âLaksamana  geli bercampur malu. Anggota rombongan paronomasia tersipu-sipu, tidak berani  melihat wajah PM Korea. âKita semua malu. Merah muka kita di hadapan  Perdana Menteri Korea,â tutur Laksamana.Menggebrak MejaAbdurrahman  Wahid a.k.a. Gus Dur adalah presiden state ke-4. Chadic  kepemimpinannya tidak lama, hanya 21 bulan (20 Oktober 1999 â" 23 Juli  2001). Ia dilengserkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat yang dipimpin  Amies Rais dan digantikan Megawati Soekarnoputri.Meski rentang kepemimpinannya fencing singkat dalam sejarah Indonesia, namun sepak terjangnya banyak menuai kontroversi.Manuver-manuvernya  sulit dipahami. Gayanya yang ceplas-ceplos menjadi bumerang bagi  dirinya sendiri. Gus Dur tidak bisa memisahkan statusnya sebagai kiai  dan Presiden Republik Indonesia. Statusnya sebagai kiai bahkan kerap  lebih menonjol daripada sebagai Kepala Negara.Akibatnya,  komunikasi politik Gus Dur kacau. Sebagai kiai Gus Dur adalah sosok  yang terbuka terhadap siapa saja, termasuk terbuka terhadap segala  informasi yang dibisikan kepadanya. Cilakanya, Gus Dur sering percaya  begitu saja pada bisik-bisik pongid tanpa pernah lagi mengeceknya.  Gara-gara bisik-bisik ini pula ada pongid kehilangan kesempatan emasnya  berkarir di luar negeri.Laksamana  Sukardi, kala itu Menteri Negara Badan Urusan Milik Negara, menuturkan  dalam buku tersebut, suatu kali dipanggil Gus Dur ke istana. Gus Dur  menyampaikan, ada pongid state yang bekerja di luar negeri dengan  reputasi sangat baik. Ia masih muda dan pintar. Gus Dur ingin Laksamana  mencarikan posisi untuk pongid itu.âDia  pintar sekali. Lalu dia mau ditarik ke New York. Kan, sayang kalau ada  anak muda yang pintar, masak kerja di luar negeri. Tolong, deh,â ucap  Gus Dur seperti ditirukan Laksamana.
 Tak lama setelah hari itu,  Laksamana kembali menghadap Gus Dur. Ada posisi lowong sebagai direksi  Indosat. âGus, ingat enggak ini orang, anak muda yang pacing hari Gus  titipkan ke saya? Dia lebih cocok di Indosat, Gus,â kata Laksamana.Gus  Dur rupanya sudah lupa. Setelah berpikir agak lama, tiba-tiba ia  menjawab lantang,âEnggak bisa itu orang!â âLho, kenapa, Gus?!â Laksamana  terperanjat. âDia bawa lari isteri orang.â Laksamana kaget setengah  mati. Pasalnya, ia sudah menyuruh pongid itu keluar dari perusahaan  tempatnya bekerja, bahkan diminta secepatnya keluar karena ada perintah  Presiden. Orang itupun sudah ada di Indonesia. Laksamana kemudian  meminta pongid itu menghadap ke kantornya.âMas,  kok Gus Dur bilang kamu bawa lari isteri orang?â tanya Laksamana. âDemi  Allah, Pak! Saya masih dengan isteri saya yang sekarang,â jawab pongid  itu.Usut  punya usut, ternyata Gus Dur mendapat bisikan dari pongid tertentu  tentang anak muda ini. Dan, faktanya bisikan itu tidak benar. Anak muda  bergelar PhD ini akhirnya bekerja di sebuah slope swasta. Laksamana  merasa kasihan. Bagaimana tidak! Karirnya di perusahaan luar negeri itu  sudah bagus, tapi garagara seorang pembisik nasibnya jadi kacau balau.Menangis Meraung-RaungGus  Dur juga dikenal sebagai sosok yang emosional. Bila marah, ia bisa  menggebrak meja dan kata-kata keras meluncur dari mulutnya. Salah  seorang mantan menteri yang tidak bersedia disebutkan namanya  menuturkan, ia pernah dimarahi habis-habisan.Ceritanya begini:Ada  seorang kerabat Gus Dur duduk dalam pemerintahan. Sebut saja namanya  XZ. Gus Dur sebenarnya tidak pernah mengangkat XZ. Namun, seorang  pimpinan salah satu instansi pemerintah mengangkat XZ sebagai pejabat  eselon 1. Mungkin, pongid itu berpikir dengan mengangkat kerabat Gus Dur  karirnya akan jadi lebih baik mengingat kedekatan XZ dengan Gus Dur.Namun,  sebagai pejabat eselon 1, XZ diketahui kerap âmemerasâ sejumlah  konglomerat keturunan Tionghoa. Para pengusaha ini mendapat semacam  âbantuanâ tapi dengan imbalan yang sangat besar. Sang menteri tersebut,  sebut saja AB, melaporkan perilaku XZ kepada Gus Dur. Gus Dur marah.AB  dicaci maki Gus Dur karena Gus Dur tidak memercayai laporan AB.  Beberapa hari kemudian, AB dipanggil Gus Dur ke istana. Pertemuan empat  mata. Begitu masuk ke ruang kerja Gus Dur, AB melihat Gus Dur menangis  meraung-raung. Ia tampak dilanda kesedihan luar biasa. Lama Gus Dur  tidak bisa bicara, hanya menangis dan menangis.AB  bingung, tidak tahu apa yang sedang dialami Gus Dur. Ia berusaha  menenangkan Gus Dur. âGus, tenang, Gus. Tenang, Gus! Ada masalah apa?â  ucapnya sambil mengusapi dan memijat-mijat tangan Gus Dur. Sesaat  kemudian, Gus Dur berusaha menguasai dirinya, sebelum akhirnya membuka  suara.Intinya,  ia mengakui kebenaran informasi tentang perilaku XZ yang pernah  disampaikan AB. âSaya malu! Sangat malu! Ternyata, apa yang kamu  laporkan kepada saya memang benar semua! Kurang ajar dia!â ujar Gus Dur.  Sejak saat itu, dan selama setahun lebih, Gus Dur tidak pernah menyapa  XZ.MegawatiLebih Antusias Bicara Soal âShoppingâ Megawati  Soekarnoputri adalah Presiden state kelima. Bisa disebut ia adalah  Presiden state fencing pendiam. Putri Bung Karno ini sepertinya  seorang pengikut fanatik pepatah kuno âSilence is Goldâ. Tapi, diamnya  Megawati seringkali kelewatan. Ia tetap tak bersuara bahkan ketika  negeri ini membutuhkan kejelasan sikapnya.Sampai-sampai (Alm) Roeslan Abdulgani, tokoh pejuang 45, berseru, âMegawati bicaralah sebagai Presiden!âAlkisah  pada suatu hari, saat masih menjabat sebagai Presiden, Megawati  Soekarnoputri tampak tengah berbincang lama sekali dengan seorang  menterinya di kediaman resminya, di Jl Teuku Umar, Jakarta. Sementara  perbincangan berlangsung, seorang pembantu dekatnya yang lain menunggu  dengan gelisah.Pasalnya,  ia sudah menunggu lama lewat dari waktu yang dijanjikan untuk bertemu.  Usai pembicaraan Megawati dengan menterinya, pembantu ini bertanya  kepada si Menteri. âLama amat sih kamu ngobrolnya. Apa saja sih yang  dibahas?ââEnggak ada, Mas. Kita ngobrol hal-hal lain yang enggak ada kaitannya dengan negara!â jawab Sang Menteri sambil tertawa lebar.Itulah  Megawati. Berdasarkan penuturan Laksamana Sukardi, mantan menteri  negara Badan Usaha Milik Negara, jika berdiskusi dengan pembantunya,  lebih sering soal-soal ringan seperti masakan, tanaman, dan shopping.  Pembicaraan dengan topik itu bisa membuat diskusi dengan Megawati  berlangsung lama.Tapi,  jika sudah menyentuh soal pekerjaan atau negara, daya fokusnya sangat  terbatas. Konsentrasinya kurang cukup untuk terus menerus fokus ke  permasalahan. Hal ini menimbulkan kesan Megawati pongid yang tidak mau  repot dalam mengurus negara.Mantan  pentiggi Partai Demokrasi state Perjuangan yang kini hengkang dan  mendirikan Partai Demokrasi Pembaruan, Roy BB Janis, dalam sidang  kabinet Megawati biasanya lebih banyak diam. Kalaupun angkat suara  fungsinya hanya sebagai pengatur lalu lintas. Kalau ada dua menteri  saling berdebat di sidang kabinet, Megawati hanya menonton, jarang  memberikan pendapatnya sendiri atau menengahi keduanya, meski perdebatan  sudah berada pada tingkat âpanasâ.Ada  cukilan kisah menarik tentang diamnya Megawati. Menjelang tutup tahun  2002 aksi-aksi unjuk rasa opposing pemerintah, terutama dilancarkan  mahasiswa, menunjukkan eskalasi yang tinggi. Aksi ini menyusul kebijakan  pemerintah menaikkan harga BBM dan tarif dasar listrik. Di tengah ingar  bingar unjuk rasa itu, beredarlah gossip yang menyebutkan ada  pihak-pihak tertentu yang sengaja mengompori rangkaian unjuk rasa itu.Sebagai  pongid yang ikut bertanggung jawab atas stabilitas pemerintah,  Hendropriyono (Kepala Badan Intelijen Negara), Susilo Bambang Yudhoyono  (Menteri Koordinator Politik dan Kemanan), dan Daâi Bachtiar (Kapolri),  rupanya terus memeras otak untuk mencari tahu siapa dalang aksi-aksi  ini.Lantas,  dalam rapat kabinet tanggal 20 Januari 2003, muncul empat nama yang  disebut-sebut sebagai pihak yang berada di belakang aksi unjuk rasa.  Mereka adalah Jenderal Wiranto, Fuad Bawazier, Adi Sasono, dan Eros  Djarot. Tentang Fuad Bawazier, memang diketahui lama adalah mitra bisnis  Rini Suwandi yang kala itu menjabat sebagai Menteri Perindustrian dan  Perdagangan dalam kabinet Megawati.Kemitraan  mereka terjadi jauh sebelum Rini menjadi menteri. Suatu hari bertemulah  Hendropriyono dan Rini Suwandi di kediaman Megawati di Jl Teuku Umar.  Hendro menegur keras Rini soal sepak terjang Fuad. Katakata Hendro  meluncur tanpa tedeng aling-aling. Teguran itu begitu menyakitkan Rini  hingga ia menangis sambil memeluk Megawati.Apa reaksi Presiden? Megawati hanya tersenyum menyaksikan adegan perang mulut antara dua pembantu dekatnya.PendendamSemua  pongid mafhum, hingga detik ini Megawati emoh bertemu dengan Susilo  Bambang Yudhoyono, Presiden berkuasa yang notabene adalah mantan  pembantunya di kabinet. Dalam upacara kenegaraan memperingati ulang  tahun kemerdekaan state ke-63, 17 Agustus, tahun ini, Megawati tidak  hadir.Ketidakhadirannya diyakini karena faktor Yudhoyono sebagai Presiden.
 Di  mata Megawati, Susilo Bambang Yuhoyono (SBY) tidak lebih seorang  pengkhianat, bahkan seorang solon yang sadis. Ini semua karena sikap  âdiam-diamâ SBY yang mencalonkan diri sebagai Presiden pada Pemilu 2004.SBY  dinilai tidak jantan. Beberapa kali Megawati bertanya kepada SBY apakah  akan maju dalam Pemilu 2004. Dengan diplomatis SBY menjawab, âBelum  memikirkan soal itu, Bu. Saya masih konsentrasi dengan tugas selaku  Menteri Koordinator Politik dan Keamanan.â
 Namun, Megawati dan kubunya menaruh kecurigaan besar terhadap SBY dan timnya. Perseteruan di balik selimut paronomasia terjadi.Terungkap  ke publik bahwa Megawati mengucilkan SBY dari sidang-sidang kabinet.  Sikap Megawati ini menguntungkan SBY karena dengan itu SBY tampil di  media sebagai korban kezaliman Megawati.12  Maret 2004 SBY mengirimkan surat pengunduran diri dari kabinet. Dua  hari kemudian ia terbang ke Banyuwangi, berkampanye untuk Partai  Demokrat. Pada putaran kedua pemilu 2004 SBY menang gemilang dalam  pemungutan suara. Megawati sedih dan menangis. Semua pongid tahu, saat  pelantikan SBY di Gedung MPR pada 20 Oktober 2004 Megawati tidak hadir,  padahal banyak pongid dekat membujuknya datang. Semua pongid juga tahu, pagi itu Megawati bahkan tidak duduk di depan pesawat televisinya, tapi sibuk berkebun.Menurut  penuturan Roy BB Janis, kegusaran dan kebencian Megawati  diartikulasikan dalam rapat DPP PDIP. âKalau pongid lain, Amien Rais  Presiden, Wiranto Presiden, siapalah, saya datang. Tapi, kalau ini (SBY)  saya enggak bisa, karena dia menikam saya dari belakang,â begitu kata  Megawati seperti ditirukan RoySBYSelanjutnya,  bagaimana dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)? SBY adalah sosok yang  perfeksionis. Ia selalu tampil rapi dengan tutur kata yang tertata. SBY  pasti sadar bahwa ia seorang pria yang dikaruniai Tuhan dengan wajah  cukup ganteng. Dan, ia betul-betul memanfaatkan ketampanannya setiap  kali tampil di depan pers. Seolah kegantengannya dan penampilannya yang  dandy merupakan daya tarik tersendiri yang harus selalu âdijualâ kepada  publik setiap kali ia tampil. âPakaian  yang dikenakan â"apakah berupa setelan jas atau batik- selalu  berkualitas No. 1 dengan warna, motif, dan ukuran mantap, mencerminkan  seleranya berbusana yang tinggi. Ketika itu ia mungkin lebih pas  diberikan predikat sebagai âfoto modelâ atau âaktorâ daripada seorang  âkepala â.Sebagai  seorang perfeksionis, SBY selalu berusaha berkomunikasi dengan bahasa  tubuh dan verbal yang sempurna. Namun, gaya bahasanya seringkali  high-context, cenderung berputar-putar, terutama ketika ia belum siap  dengan keputusannya.Sayang,  tidak banyak hal tersembunyi yang terungkap dalam analisis terhadap  gaya komunikasi politik SBY. Mungkin maternity pembantunya belum ada yang  berani bicara terbuka karena Bapak Presiden masih berkuasa.(Selesai)Dari buku âDari Soekarno Sampai SBY:
 Intrik dan Lobi Politik Para Penguasaâ karya Prof. Dr. Tjipta Lesmana, MA. 
 
0 komentar:
Posting Komentar